Jumat, 06 Januari 2012

Perburuk Citra DPR, Renovasi Toilet Diminta Ditinjau Ulang


Jakarta - Renovasi toilet di gedung Nusantara I DPR yang dianggarkan Rp 2 miliar menuai pro dan kontra dari kalangan anggota dewan sendiri. Menurut Ketua Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, anggaran tersebut terlalu besar dan tidak wajar.

“Menurut saya itu nilai terlalu besar, tidak wajar, dan di publik kurang patut. Maka Sekjend DPR perlu harus melakukan rasionalisasi dan yang direnovasi cukup titik pantas atau yang patut saja. Toh DPR biasa aja kok, yang penting bisa berfungsi,” jelas Karding saat meninjau pembangunan jembatan Kali Putih di alur banjir lahar dingin Gunung Merapi, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Kamis (5/1/2012).

Mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah periode 2004-2009 yang pernah dikabarkan harta kekayaannya meningkat tajam setelah menjadi anggota wakil rakyat di Senayan ini, juga mengaku resah dengan berbagai informasi yang terus memperburuk citra DPR RI. Renovasi toilet tersebut, menurutnya akan memperburuk citra DPR di mata publik.

“Kita sudah babak belur dengan isu publik yang macam-macam ditambah dengan masalah ini. Menurut saya renovasi (toilet di gedung Nusantara 1) harus direvisi. Saya sendiri kurang paham kok bisa menyentuh angka sebesar Rp 2 milyar,” terangnya.

Karding mengatakan, alangkah baiknya apabila ada dana yang besar itu dipergunakan untuk yang lain, seperti untuk penyelesaian masalah bencana dan lain-lain. Terlebih saat ini banyak berbagai daerah di Indonesia sedang dilanda bencana alam berupa banjir dan tanah longsor.

Karding juga mengaku belum melihat dan mempelajari langsung apakah yang direnovasi menggunakan dana sebesar Rp 2 milyar itu hanya toilet saja atau juga yang lainnya.
Menurutnya, karena permasalahan ini sudah mengundang rasa ketidakpantasan bagi pubik, jadi harus dipikirkan kembali.

“Yang dianggarkan yang patut saja, kami tidak butuh yang mewah-mewah,” ungkap Karding.

Jumat, 30 Desember 2011

Sakitnya Ibu Ani sebagai Pengalihan Isu?

 
JAKARTA - Setelah dua hari menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono kondisinya mulai membaik.

Menanggapi sakitnya ibu negara tersebut, Aktivis Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi menilai pernyataan SBY terkait istrinya tidak dapat menghadiri perayaan Natal Nasional di Senayan karena tengah sakit merupakan bentuk sebuah curhatan.

"Ini kan intinya ingin dikasihani oleh masyarakat, menarik simpati masyarakat. Itu bagian dari gaya dia suka curhat," ujar Adhie saat dihubungi okezone, Kamis (29/12/2011).

Adhie juga menilai sakitnya ibu dua anak tersebut juga bentuk pengalihan isu dari kasus-kasus yang tengah ramai dibahas dan menyudutkan pemerintahan seperti kasus Papua, Mesuji, dan Bima.


Seperti diketahui Ibu Ani di rawat di Gedung Medical Check Up Unit Kedokteran, Ruang Paviliun Khusus Presiden lantai 3. Diduga Ibu Ani mengalami kelelahan sehingga harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Usai menghadiri perayaan Natal Bersama, Presiden SBY menyempatkan waktu datang ke RSPAD untuk melihat kondisi istrinya ditemani Putra sulungnya, Kapten Inf Agus Harimurti Yudhoyono. Beberapa kerabat dan keluarga Ani juga terlihat keluar-masuk rumah sakit, seperti kedua saudara kandungnya, yakni Wijasih Cahyasasi dan Mastuti Rahayu.

Beberapa karangan bunga berisi ucapan semoga lekas sembuh dari berbagai kalangan terus mengalir sejak pagi hingga sore diantaranya dari Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Agama Suryadharma Ali. Mayoritas bunga yang dikirimkan merupakan bunga favorit Ibu Ani, yaitu anggrek. (sus)

Jumat, 16 Desember 2011

Briptu Norman Diberhentikan Tidak dengan Hormat


GORONTALO, KOMPAS.com — Brigadir Satu Norman Kamaru akhirnya diberhentikan tidak dengan hormat sebagai anggota Brimob Kepolisian Daerah  Gorontalo terhitung sejak Selasa (6/12/2011). Keputusan tersebut terjadi pada sidang kode etik oleh Direktorat Profesi dan Pengamanan Polda Gorontalo yang dipimpin Ajun Komisaris Besar Mahmur di Markas Polda Gorontalo.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Gorontalo Ajun Komisaris Besar Lisma Dunggio, Norman melanggar disiplin karena meninggalkan tugas selama 84 hari berturut-turut tanpa alasan jelas. Penjatuhan sanksi atas Norman yang populer lewat aksi lip sync-nya di jejaring sosial Youtube itu sudah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri.
"Berdasarkan peraturan itu, seorang anggota Polri bisa diberhentikan tidak dengan hormat jika meninggalkan tugas selama 30 hari berturut-turut tanpa keterangan. Ini Norman malah mencapai 84 hari," kata Lisma.
Pada sidang kode etik yang membacakan putusan terhadap kasus Norman itu tidak dihadiri yang bersangkutan. Menurut Lisma, Norman terlalu arogan dan menganggap enteng sidang sehingga tidak pernah datang selama sidang kode etik berlangsung. Putusan sidang tadi siang itu adalah sidang yang ketiga kalinya.
Briptu Norman Kamaru populer lewat aksinya yang diunggah ke situs jejaring sosial Youtube. Dalam aksi lip sync-nya itu, Norman beraksi menirukan gaya Shahrukh Khan dengan lagu "Chaiyya chaiyya".
Sejak saat itu, Norman mendadak menjadi artis yang diundang dalam berbagai pertunjukan, terutama oleh stasiun televisi.
http://regional.kompas.com

Minggu, 27 November 2011

9 Persamaan Pernikahan Ibas-Aliya dengan Putri Sultan HB X

Jakarta - 24 November 2011, resmi sudah kisah cinta antara Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan Siti Rubi Aliya Rajasa berakhir di jenjang pernikahan. Melalui acara akad nikah di Istana Cipanas, putra bungsu Presiden SBY dan putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa tersebut telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Sebulan sebelumnya, atau tepatnya 18 Oktober 2011, putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X, Raja Yogyakarta juga melangsungkan akad nikah. Adalah GKR Bendara (GRAj Nurastuti Wijareni), putri Sultan HB X dipersunting oleh pria pujaan hatinya, Achmad Ubaidillah yang kemudian digelari KPH Yudhanegara.

Kedua pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang paling menjadi sorotan di Tanah Air tahun ini. Banyak perbedaan dalam perkawinan tersebut. Namun kali ini, kita lihat saja persamaan-persamaannya. Boleh sepakat boleh juga tidak, berikut sembilan persamaan pernikahan kedua pasangan yang berbahagia tersebut:

1. 'Royal Wedding'

Baik pernikahan Ibas dan Aliya, serta pernikahan GKR Bendara dan KPH Yudhanegara dua-duanya merupakan pernikahan 'royal wedding'. Ibas merupakan putra bungsu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sementara GKR Bendara merupakan putri bungsu Sultan Hamengkubowono X, yang merupakan raja tanah Jawa.

2. Dirias Tinuk Riefki

Nama Tinuk Riefki sudah tidak asing lagi. Tiap kali orang besar punya gawe, Tinuk seringkali diundang untuk merias para calon mempelai. Keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun mempercayakan riasan sang pengantin kepada Tinuk Riefki. Perias handal ini jugalah yang dulu mendandani Annisa Pohan saat menikah dengan putra pertama SBY, Agus Harimurti. Dan tahun ini, Tinuk juga diberi kesempatan untuk mendandani Ibu Ani Yudhoyono saat akad nikah di Istana Cipanas 24 November lalu, serta saat resepsi malam nanti, Aliya juga akan didandani oleh Tinuk. Tinuk juga menjadi langganan keraton Yogyakarta untuk acara-acara kawinan, termasuk yang merias GKR Bendara saat akad nikah dengan GPH Yudhanegara 18 Oktober lalu.

3. Memakai Adat Jawa

Baik Ibas-Aliya, dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara sama-sama memakai adat Jawa saat pernikahan. Jika Ibas-Aliya menggunakan adat Jawa saat resepsi, maka GKR Bendara-GPH Yudhanegara menggunakan adat Jawa saat akad nikah. Keduanya sama-sama dirias dengan 'Paes Ageng', riasan khas Keraton Yogyakarta.

4. Akad Nikah Sesuai Hari Lahir

Akad Nikah Ibas dan Aliya, seperti kita ketahui bersama berlangsung pada 24 November, bertepatan dengan ulang tahun Ibas yang ke-31. Sedangkan akad nikah GKR Bendara dan GPH Yudhanegara, berlangsung tepat pada hari lahir Sultan Hamengkubuwono X, ayah GKR Bendara, yakni pada Selasa Wage berdasarkan penanggalan Jawa, atau bertepatan dengan 18 Oktober 2011.

5. Dilengkapi Layar Lebar

Saat GKR Bendara dan GPH Yudhanegara melangsungkan akad nikah, 6 layar lebar dipasang di sekitar alun-alun utara Yogyakarta. Enam layar lebar dan videotron tersebut dipasang di enam titik di sekitar Malioboro dan Alun-alun Utara. Dua layar lebar akan dipasang di Benteng Vredeburg, Alun Alun Utara dan Alun Alun Selatan. Selain itu videotron di sebelah selatan Taman Parkir Abu Bakar Ali juga akan digunakan.

Sementara dalam akad nikah Ibas-Aliya, sebuah layar lebar dipasang di taman yang terletak persis di seberang Istana Cipanas. Seribuan warga Cipanas pun dengan antusias menyaksikan secara langsung detik-detik ijab kabul antara Ibas dan Aliya. Saat menyaksikan kedua pasangan tersebut sah menjadi suami istri, tepuk tangan mereka hadiahkan kepada pasangan yang berbahagia tersebut.



6. Siraman Pakai 7 Sumber Mata Air

Karena menggunakan adat Jawa, maka prosesi pernikahan Ibas-Aliya dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara harus melalui tahapan-tahapan pernikahan adat Jawa, di antaranya prosesi siraman. Kedua pasangan pengantin ini sama-sama menggunakan air dari 7 sumber mata air yang berbeda. Ibas menggunakan 7 air yang diambil dari Masjid Baiturrahman Istana Presiden, air dari Istana Cipanas, air dari kediaman Presiden SBY di Cikeas, air dari Kabupaten Pacitan, air dari kediaman Ibu Habibah (ibunda SBY), air dari kediaman Ibu Sunarti (Ibunda Ibu Ani), serta air yang diberikan oleh mempelai putri. Sementara ALiya siraman menggunakan 7 mata air dari pegunungan di Palembang.

Sedangkan GKR Bendara-GPH Yudhanegara saat siraman menggunakan air dari tujuh sumber yaitu air dari Ndalem Bangsal Sekar Kedhaton, Ndalem Regol Manikhantoyo, Ndalem Bangsal Manis, Ndalem Regol Gapura, Ndalem Regol Kasatriyan, Ndalem Kasatriyan Kilen dan Gadri Kagungan Dalem Kasatriyan. Yang mengambil air tersebut adalah GKR Maduretno kakak Bendara nomer tiga didampingi abdi dalem sipat bupati dan abdi dalem keparak.

7. Menyatukan Dua Budaya

Sebagai putra bungsu Presiden SBY, Ibas memiliki keturunan darah Jawa. Sementara Aliya yang putri Menko Perekonomian Hatta Rajasa, memiliki darah Palembang, sesuai daerah asal sang bapak. Oleh karenanya, pernikahan keduanya pun menggunakan dua adat yang berbeda itu. Saat akad nikah mereka menggunakan adat Palembang, sementara saat resepsi mereka akan menggunakan adat Jawa.

Sementara GKR Bendara yang asli Jawa, menikah dengan GPH Yudhanegara alias Muhammad Ubaidillah yang asli Lampung.

8. Bertempat di Istana/Keraton

Sama-sama sebagai keturunan raja dan presiden, Ibas dan GKR Bendara melangsungkan pernikahan di tempat yang menjadi simbol kekuasaan sang ayah. Ibas dan Aliya menikah di Istana Cipanas, sedangkan GKR Bendara-GPH Yudhanegara menikah di Keraton Yogyakarta.

9. Sama-sama Jadi Sorotan Publik

Tak bisa dipungkiri, pasangan Ibas-Aliya dan GKR Bendara-GPH Yudhanegara sama-sama menjadi sorotan publik saat melangsungkan pernikahan. Publik seakan ingin tahu segala hal terkait dengan pernikahan itu, baik persiapan-persiapannya atau pun saat berlangsungnya pernikahan. Media pun juga terus meliput jalannya acara pernikahan dari awal hingga akhir.

Malam nanti, pasangan Ibas-Aliya baru akan melangsungkan resepsi di Jakarta Convention Center (JCC). Dan tentunya, jutaan mata akan menyaksikan perhelatan akbar yang konon menghabiskan biaya miliaran rupiah itu.
http://www.detiknews.com 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review